Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2013

Fasilitator Menggugat

Pertemuan AFPM dan fasilitator se Barlingmascakeb di Kecamatan Madukara, Banjarnegara. Mengikuti demontrasi di Kantor Gubernur Jateng Diskusi tindaklanjut demontrasi

Kepingin Sugih

Sebuah tulisan di dinding pada Rumah makan "Warung Ijo" Wonosobo. Warung sederhana, tapi nam[aknya banyak penggemarnya.

Lampu Sepeda Motor

Masyarakat kita memang masyarakat toleran, setidaknya terlihat dari kepdulian mereka manakala kita sedang naik sepeda motor. Maksudnya, ketika sedang mengendari motor dan kedapatan lampu motor menyala pada siang hari, maka yang sering terjadi kita akan banyak mendapat kode tertentu yang mengisyaratkan lampu sepeda kita menyala.  Tapi, itu adalah bagian masa lalu. Keadaan sekarang berubah, bukan karena masyarakat tidak toleran lagi, tapi karena aturan berlalu lintas. Sebagaimana kita tahu, semenjak kurang lebih setahun terakhir, para pengendara sepeda motor diwajibkan menyalakan lampu utama motornya, siang ataupun malam. Bila tidak dinyalakan maka akan kena tilang.  Yah, sejak setahun terakhir seingatku, meski sebenarnya undang-undang lalu lintas yang mengatur kewajiban menyalakan lampu ini sudah beberapa tahun lalu diundangkan. Jadi, sekarang ini justru kalau kita lupa tidak menyalakan lampu sepeda motor, bersiap-siaplah untuk kena semprit polisi.

Beratnya Rindumu Tak Seberat Muatanku

Sumber : Dari Sini

Cintamu Tak Seberat Muatanku

Sumber : Dari Sini

Tiada Kata Seindah Do'a

Sumber : Dari Sini

Rumah Tingkat

Ada hal mirip antara aku dan kedua anakku yang kini duduk di kelas 1 dan kelas 5 SD. Kemiripan itu terletak pada impian untuk memiliki rumah bertingkat. Waktu dulu, aku (dan juga kebanyakan orang saat itu), memandang bahwa orang yang memiliki rumah bertingkat berarti orang kaya, alias lambang kemakmuran.  Namun, aku kurang tahu persis apa yang ada dibenak pikiran anak-anaku kini, kenapa mereka mengalami hal yang sama seperti yang pernah ku alami: bermimpi punya rumah bertingkat. Apakah mereka yang merupakan generasi masa kini, juga masih punya pandangan bahwa rumah bertingkat juga supaya dianggap sebagai orang kaya? Atau mereka hanya memilki bayangan bahwa andai punya rumah bertingkat kayaknya asyik buat bermain-main. Atau entah ....  Dulu-dulu, sekarang-sekarang. Dalam pandanganku kini, ternyata persepsi terhadap rumah bertingkat tidak benar seratus perses sebagai lambang kemakmuran. Anakku kini bernyanyi ingin punya rumah bertingkat, mungkin karena merasa rumah yang ada sekarang kura